Khutbah Idul Adha: Buktikan Cintamu dengan Membela Nabimu

0
312
Muhammad

Oleh: Ustadz Qodri Fathurrahman, Lc

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ}

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terbilang. Dengan izin dan karunia-Nya semata kita bisa melaksanakan shalat Idul Adha pada tahun 1443 H ini dalam keadaan fisik yang sehat dan kondisi yang lapang.

Semoga nikmat kesehatan, waktu luang, dan kelapangan ini bisa kita syukuri sebaik-baiknya, untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita.

Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan untuk suri tauladan kita, Rasulullah SAW, beserta segenap keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang taat menjalankan ajaran agamanya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu….

Kaum muslimin dan muslimat, jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT.

Di pagi hari yang mulia ini, kaum muslimin di seluruh dunia melantunkan takbir, tahlil, dan tahmid, demi mengagungkan Allah dan mensyukuri nikmat-Nya. Pada pagi hari ini, takbir, tahlil, dan tahmid dilantunkan oleh jutaan jama’ah haji yang sedang melaksanakan manasik di Mina. Kumandang takbir, tahlil, dan tahmid juga dilantunkan oleh milyaran kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, di wilayah pedesaan dan perkotaan, di wilayah pantai dan pedalaman.

Takbir, tahlil, dan tahmid tidak akan berhenti dengan selesainya shalat Idul Adha. Takbir, tahlil, dan tahmid akan terus dilantunkan oleh seluruh kaum muslimin sampai waktu Ashar tanggal 13 Dzulhijah esok. Selama hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq esok, gema takbir, tahlil, dan tahmid akan terus berkumandang dari masjid-masjid, jalan-jalan, pasar-pasar, dan rumah-rumah kaum muslimin. Demikianlah sebagaimana diamalkan oleh Rasulullah SAW dan generasi sahabat selama hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu.

Kaum muslimin dan muslimah, jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah.

Ibadah haji, shaum Arafah, shalat Idul Adha, dan udhiyah (yaitu menyembelih hewan ternak tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT pada tanggal 10, 11 12, dan 13 Dzulhijah) kembali menyapa kaum muslimin pada tahun ini. Setiap tahun, keempat ibadah yang istimewa ini hadir di hadapan kaum muslimin.

Setiap tahun keempatnya berulang datang. Pengulangan demi pengulangan tersebut sudah seharusnya meninggalkan bekas yang mendalam bagi keimanan dan ketakwaan kita. Bukan sebaliknya, kehadiran demi kehadirannya menjadikannya peristiwa yang kita anggap biasa saja. Akibatnya, datang dan pergi begitu saja, tanpa ada manfaat bagi dunia dan akhirat kita, tanpa ada maslahat bagi individu kita dan umat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu.

Hari ini kita diingatkan dengan peristiwa yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW, saat beliau sedang menunaikan ibadah haji. Beliau melontarkan pertanyaan di hadapan para sahabat-sahabatnya, “Hari apakah ini?” Lalu sahabat-sahabatnya menjawab, “Hari yang suci, dimana dosa-dosa dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Lalu Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melemparkan pertanyaan yang kedua, “Tempat apa ini wahai para sahabatku?” lalu para sahabat menjawab, “Tempat suci, dimana dosa-dosa yang dikerjakan disana dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melemparkan pertanyaan yang ketiga, “bulan apakah ini?” lalu para sahabat menjawab, “bulan suci, di mana dosa-dosa dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Hari Idul Adha adalah hari suci bagi kita, hari yang mulia, oleh karena itu dosa-dosa dilipatgandakan. Dan tanah suci, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada saat itu sedang berhaji, hadirin sekalian. Dan kita tahu berdosa di tanah suci dosanya dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan pada saat itu, begitu juga pada hari ini kita berada di bulan Dzulhijjah dan Allah berfirman bahwa bulan Dzulhijjah adalah bulan suci sebagaimana dalam surat At-ataubah ayat 36.

Ma’asyirol Muslimin,  yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melemparkan tiga pertanyaan di atas, baru beliau masuk ke inti pesan dan nasehat beliau. Beliau menyatakan Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إنَّ دِماءَكُم، وأمْوالَكم وأعْراضَكُم حرامٌ عَلَيْكُم كَحُرْمة يومِكُم هَذَا، في شهرِكُمْ هَذَا، في بلَدِكُم هَذَا

“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, kehormatan-kehormatan kalian adalah suci sebagaimana kesucian hari ini, kesucian bulan ini dan kesucian tempat suci ini.” (Muttafaqun ‘alaih)

Darah kaum muslimin, harta dan kehormatan mereka adalah haram. Tidak boleh ditumpahkan, tidak boleh diambil tanpa hak, tidak boleh dilecehkan, tidak boleh dihinakan dan dijatuhkan. Lantas bagaimana jika yang dihinakan dan dilecehkan adalah kehormatan Rasulullah SAW, kesucian Rasulullah SAW?

Allahu Akbar,  Allahu Akbar,  Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Setelah penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di India, sebuah klub malam di Indonesia, Holywings beraninya berulah dengan penghinaan baru, dengan cara mengiklankan minuman beralkohol gratis kepada laki-laki bernama Muhammad dan kepada perempuan bernama Maria setiap hari Kamis!. Penggunaan nama Muhammad sangat melukai hati umat Islam. Sebab, Nabi Muhammad SAW, adalah sosok yang dihormati umat Islam dan melarang umatnya menenggak minuman keras.

Nabi Muhammad Saw, beliau memang manusia, namun beliau tidak seperti manusia pada umumnya. Sampai seorang syair mendendangkan sebuah gubahan yang indah, bunyinya

محمد بشر لا كالبشر # بل هو كالياقوت بين الحجر

Muhammad adalah manusia biasa, namun  bukan seperti manusia biasa lainnya. karena Ia (dengan manusia lainnya) bagaikan batu mulia di banding sembarang batu lainnya.

Dari syair ini, kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah Saw mempunyai keistimewaan tersendiri. Di antaranya adalah tabah dalam menghadapi hinaan, bahkan lebih dari itu, beliau sabar disakiti. Jika manusia pada umumnya memaksa sabar atas ujian yang dihadapinya, tidak dengan Rasulullah saw.

Beliau memang benar-benar sabar dalam menghadapi perlakuan manusia. Baik berupa verbal maupun non verbal. Berkali-kali beliau dihina oleh orang yang hidup di masanya, beliau dihina sebagai tukang sihir, orang gila, dukun, pendusta dan orang yang terputus keturunannya.

Kalau bukan Nabi, hampir mustahil ada orang semacam ini. Inilah yang membuktikan kenabian beliau, rasa sayangnya pada ummatnya, mengalahkan pada perasaannya. Dari kisah demikian, kita juga bisa mengambil hikmah bahwa kita harus rahmat terhadap alamin, yakni kepada segenap makhluk yang ada.

Allahu Akbar,  Allahu Akbar,  Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Kaum muslimin dan muslimat, jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT.

Adanya pihak yang menghina Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam in, bagi orang-orang yang beriman akan menjadi ukuran kecintaannya kepada baginda Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, bagaimana ia menyikapi penghinaan tersebut.

Hal tersebut juga menjadi ukuran bagi keimanan dan ketauhidan seorang muslim di hadapan Nabinya, Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Hal tersebut juga bisa menjadi batu sandungan bagi setiap orang terhadap Alquran al-Karim dan risalah yang dibawa oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam. Karena penghinaan terhadap Nabi tidak saja terkait dengan pribadi nabi, tapi juga terkait dengan risalah yang dibawa oleh Nabi.

Kami memberikan peringatan dan bimbingan kepada umat, bagaimana menyikapi dan mengambil hikmah di balik penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.

Apabila ada isu besar seperti ini, umat Islam belum juga bangkit dan bersatu, lalu mau menunggu momentum apalagi? Apa menunggu hingga ada pembantaian dan dihinakan sehina-hinanya?

Penghinaan terhadap Nabi ini memang sudah terjadi sejak lama dan terus berulang, sebagaimana permusuhan abadi yang tidak pernah damai selamanya antara yang haq dan yang batil. Dan jangan coba-coba untuk mendamaikan antara kebenaran dan kebatilan, karena jika itu dilakukan maka bisa jadi berada dalam kemunafikan jiwa atau promotor kemunafikan.

Pengikut Nabi selamanya tidak akan bisa didamaikan dengan pengikut setan di muka bumi ini. Tentu antara kebenaran dan kebatilan ada batas toleransi yaitu lakum dinukum wa liya diin (Untukmu agamamu dan untukku agamaku).

Terkait penghinaan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ‎﴿١١٨﴾‏

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Q.S. Ali Imran (3) : 118).

Atas nama toleransi janganlah terlalu naif atas nama demokrasi, kamu memilih orang kepercayaanmu dari orang yang tidak seiman dengan kamu. Karena mereka tidak akan berhenti membuat kemudharatan kepada kamu. Dan dalam benak mereka, yang mereka inginkan dari kamu adalah kesusahan.

Hikmah penting dari pada ayat tersebut adalah jangan serahkan hal-hal penting dalam kehidupanmu terutama yang terkait dalam urusan agama kepada orang yang tidak beriman.

Dan jika pada urusan yang tidak penting dan tidak terkait pada urusan agama, ini tidak masalah, karena setiap manusia pasti ada manfaatnya walaupun ia masih kafir. Dan kita harus bertoleransi di dalam kehidupan ini. Dan di Indonesia sebagai negara yang mayoritas muslim sudah menunjukkan toleransinya.

Dalam surah Fushshilat tentang penghinaan terhadap Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam adalah pengulangan. Dan pengulangan ini juga sebagai bentuk permusuhan yang tidak pernah berakhir sampai hari Kiamat.

Dan perlu diingat, Nabi yang dihina tidak akan pernah hina. Selamanya para Nabi itu agung. Para sahabat dalam menghadapi penghinaan terhadap Nabi, maka mereka semakin cinta dan loyal kepada Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.

Sebagaimana Umar radhiyallahu `anhu yang siap memenggal orang yang tidak mempercayai Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, walaupun pada akhirnya hal tersebut dilarang oleh Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam.

Orang-orang yang senantiasa memuliakan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam di tengah penghinaan seseorang kepada beliau dan berpihak kepada pihak yang benar, maka ia akan mendapatkan kemuliaan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِن قَبْلِكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ ‎﴿٤٣﴾

“Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih.” (Q.S. Fushshilat (41): 43).

Allahu Akbar,  Allahu Akbar,  Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Ketika Nabi ada yang menghina, maka ada dua pilhan. Ketika kita berpihak kepada Nabi maka kita akan mendapatkan ampunan dan kemuliaan. Dan jika kita berada di pihak yang mendukung penghina Nabi, maka akan berhadapan dengan siksaan yang pedih.

Kebencian musuh-musuh nabi, lebih kepada risalah yang dibawa oleh Nabi, dan nabi sang pembawa risalah menjadi pusat cacian mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَإِذَا رَأَوْكَ إِن يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَٰذَا ٱلَّذِى بَعَثَ ٱللَّهُ رَسُولًا ‎﴿٤١﴾

“Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): “Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul?” (Q.S. al-Furqan (25) : 41).

Lantas hukuman apakah yang paling pantas untuk mereka yang menghina nabi SAW? Qadhi ‘Iyadh rahimahullah menyatakan bahwa semua orang yang mencaci Nabi Muhammad ﷺ atau menyalahkan atau menyatakan ketidaksempurnaan sifat-sifatnya dalam hal pribadi, garis nasabnya, agamanya, sifat-sifatnya yang lain atau menyatakan secara tidak langsung terhadap hal-hal tersebut apakah berupa makian, hinaan atau pelecehan atau merendahkannya atau menegaskan kesalahan pada dirinya atau menfitnahnya, maka hukum atas orang tersebut sepadan dengan hukum orang yang mencacinya, yakni orang tersebut harus dihukum mati.

Abu Bakar ibnu Munzhir berkata bahwa sebagian besar ahlul ilmi (ulama) telah sepakat bahwa siapa pun yang mencaci Nabi ﷺ wajib dihukum mati. Mereka antara lain Malik bin Anas, al-Laits, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, dan pendapat ini merupakan mazhab Syafi’i.

Di antara dalil yang menunjukkan hukuman bagi penghina Nabi ﷺ itu dibunuh adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

أَنَّ يَهُودِيَّةً كَانَتْ تَشْتُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقَعُ فِيهِ ، فَخَنَقَهَا رَجُلٌ حَتَّى مَاتَتْ ، فَأَبْطَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمَهَا

”Ada seorang wanita yahudi yang menghina Nabi ﷺ, dan mencela beliau. Maka seorang sahabat mencekik wanita tersebut sampai mati. Namun Nabi ﷺmenggugurkan hukuman atas darah wanita tersebut.” [Hadits riwayat Abu Daud 4362 ].

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa setia kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam dalam menang maupun kalah. Karena biasanya penghinaan kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam itu ketika kaum muslim dalam jumlah yang minoritas. Wallahul Musta’an.

Marilah kita akhiri khutbah Idul Adha pada pagi hari ini kita akhiri dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT.

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here