Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Kita bersyukur kepada Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat menunaikan shalat Idhul Adha di tempat ini.
Hari ini, kaum muslimin di berbagai penjuru dunia mengumandangkan takbir, tahmir dan tahlil seraya mengagungkan kebesaran Sang Kholik.
Tidak lupa, saya nasehatkan kepada diri pribadi dan kepada semuanya, agar senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. Taqwa dengan sebenar-benar takwa sebagaimana firman Allah, “Dan berbekalah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa“.
Umar bin Khatab bertanya kepada Anas bin Malik, “Wahai Anas apa yang Engkau ketahui tentang takwa?” Anas menjawab “Wahai Umar pernahkah engkau berjalan di sebuah jalan yang banyak terdapat duri? Lalu apakah yang engkau lakukan? Umar menjawab: Aku akan berjalan dengan berhati-hati. Anas berkata : Itulah taqwa.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Idhul Adha tidak lepas dari kisah manusia-manusia pilihan. Manusia-manusia langit yang berjalan di bumi. Kisah keluarga Ibrahim yang penuh ketundukan kepada Allah. Perjalanan hidup yang penuh dengan pengorbanan.
Ibrahim alaihi salam sebagai uswatun hasanah, Sarah yang sholehah, Hajar seorang perempuan yang tegar dan Ismail seorang anak yang sholeh, menguatkan dan mengokohkan keimanan bapaknya Ibrahim alaihis salam.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Ibrahim, kholilullah, wali Allah, kekasih Allah, imam tauhid, bapak para Nabi yang berhasil mendidik keluarganya menjadi keluarga yang bertauhid.
Ketegasan Nabi Ibrahim ditampakkan ketika melihat ayah dan kaumnya dalam kesesatan menyembah berhala. Berbuat kemusyrikan, meminta kepada berhala-berhala dan jauh dari petunjuk Allah.
Ibrahim mengatakan kepada ayahnya, orang yang ia cintai saat melihat kemusyrikan yang dilakukan oleh ayahnya.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً إِنِّى أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar:”Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al An’am [6]:74)
Ketika melihat bapaknya yang tidak mau tunduk kepada kalimat tauhid, begitupula kaumnya, maka Ibrahim dengan tegas berlepas diri terhadap kemusyrikan yang mereka lakukan. Hal ini diabadikan Allah dalam firman-Nya;
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَآؤُا مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:”Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al Mumtahanah [60]: 4).
Allah menjadikan Ibrahim teladan bagi umat manusia, ketegasan, keshalehan, ketawadu’an dan keberhasilannya dalam mendidik keluarga, anak dan istri-istrinya.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Idhul Adha tidak lepas dari kisah seorang wanita shalehah, cantik jelita, Sarah, istri Nabi Ibrahim alaihis salam.
Saat Nabi Ibrahim berhijrah ke Mesir bersama Sarah, di tengah perjalanan, ia ditangkap para pengawal kerajaan untuk diserahkan kepada raja yang lalim. Raja yang merebut setiap perempuan cantik yang ada di wilayahnya untuk dinodai kehormatannya.
Saat Sarah dihadapkan kepada raja yang dhalim dan durjana tersebut, Sarah dalam keadaan suci. Saat sang raja mendekati, Sarah berdoa agar Allah membinasakan sang raja. Raja tak bisa berbuat apa-apa, karena secara tiba-tiba kaki dan tangannya mengejang. Raja memohon kepada Sarah agar mendoakan kepada Allah untuk membebaskan tangan dan kakinya, Sarahpun mendoakannya.
Akhirnya sang raja kembali sehat seperti semula. Namun, ia masih berkeinginan untuk menodai Sarah, Sarah berdoa kembali, akhirnya tangan dan kakinya mengejang kembali, dan memohon kepada Sarah untuk didoakan lagi. Akhirnya Sarah mendoakan dan sang raja kembali sehat.
Untuk yang ketiga kalinya, sang raja mendekati Sarah, namun terjadilah seperti sebelumnya. Akhirnya ia memohon agar didoakan dan Sarahpun mendoakan kepada raja tersebut dan sembuhlah ia. Akhirnya sang raja membebaskan Sarah dan dikembalikan kepada Ibrahim dengan diberi salah seorang wanita bernama Hajar.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Akhirnya Sarah kembali bersama Ibrahim di sertai seorang wanita pemberian sang raja yaitu Hajar.
Setelah waktu berjalan, Sarah merasa tidak memiliki keturunan. Ia pun menyadari untuk kelanjutan dakwah suaminya Nabi Ibrahim alihis salam, untuk kelanjutan dakwah tauhid, akhirnya Sarah mempersilahkan Ibrahim menikahi Hajar.
Dengan kebesarah hati, keteguhan iman dan keyakinan kepada Allah, ia mau di madu hanya semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah SWT.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Akhirnya Nabi Ibrahim menikahi Hajar. Setelah waktu berjalan sekian lama, akhirnya Hajarpun melahirkan seorang anak yaitu Ismail. Untuk menjaga hati Sarah Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk membawa Hajar dan anaknya Ismail berhijrah meninggalkan tempak kelahirannya.
Hajar di tinggal di tengah-tengah padang pasir. Tempat yang tiada bertuan, tiada air, yang ada hanyalah padang pasir yang gersang dan tidak berpenghuni. Hajar yang shalehah membuktikan ketegarannya, saat ia harus ditinggalkan sendiri di tengah-tengah padang pasir bersama anak yang masih mungil.
Hajar bertanya kepada suaminya Nabi Ibrahim alaihis salam:
إِلىَ مَنْ تَرَكْتَنِى يَا خَلِيْلَ الرَّحْمَانِ؟
Kepada siapa engkau tinggalkan kami wahai kekasih ar rahman?
Ibrahim tidak menjawab, ia hentikan langkahnya, kemudian saat akan melanjutkan perjalanan, Hajar kembali bertanya;
إِلىَ مَنْ تَرَكْتَنِى يَا خَلِيْلَ الرَّحْمَانِ؟
Kepada siapa engkau tinggalkan kami wahai kekasih ar rahman?
Ibrahim kembali tidak menjawab, ia hentikan langkahnya, kemudian saat akan melanjutkan perjalanan, Hajar kembali bertanya:
إِلىَ مَنْ تَرَكْتَنِى يَا خَلِيْلَ الرَّحْمَانِ؟ اللهُ اَمَرَكَ بِهَا؟
Kepada siapa engkau tinggalkan kami wahai kekasih ar rahman? Apakah Allah yang memerintahkanmu?
Ibrahim menjawab: Ya. Tenanglah hati Hajar seraya mengatakan, ‘Pasti Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya’. Sebelum meninggalkan Hajar, Nabiyullah Ibrahim berdoa kepada Allah;
رَبَّنَآ إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ.
Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]: 37).
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Cobaan yang dialami Ibrahim, khalilullah kekasih Allah tidak cukup sampai disitu, ketika Ismail anak semata wayang yang sangat dicintai menginjak dewasa, ia mendapatkan perintah Allah untuk menyembelihnya. Dengan keteguhan dan keimanan yang tinggi, Ismail meneguhkan hati ayahnya agar dengan ikhlas melaksanakan perintah Allah.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya (Ibrahim) berkata “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!, “Dia (Ismail, menjawab “Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan”. (Allah SWT) kepadamu : Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. (As- Shafaat [37]: 102).
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Inilah keberhasilan Ibrahim mendidikan istri dan anaknya. Bukan sekedar suami setia, tapi juga keberhasilannya menjadi pemimpin dalam membentuk keluarga yang taat kepada Allah. Tunduk kepada ketepatan Allah. Berjiwa tauhid, mempunyai pengorbanan yang tinggi dan penuh dengan keikhlasan melaksanakan perintah Allah.
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Adakah keluarga-keluarga kita hari ini mencintai Allah. Mendidik dengan kalimat tauhid. Berburu akherat, atau justru keluarga-keluarga yang dilalaikan dengan dunia. Jahil terhadap agamanya. Mementingkan hawa nafsunya, semata-mata mengejar dunia dengan melupakan akherat. Rasulullah bersabda;
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ.
Di antara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu, meluasnya kebodohan, tersebarnya zina, banyaknya perempuan, sedikitnya laki-laki sampai-sampai perbandingan antara perempuan dan laki-laki adalah 50 banding 1. (HR. Bukhari).
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Marilah kita renungkan kisah Nabi Ibrahim, kita instrospeksi, sudahkah keluarga kita keluarga yang taat kepada Allah. Keluarga yang tunduk kepada Allah. Keluarga yang penuh beribadah kepada Allah. Ataukah sebaliknya.
Terakhir saya nasehatkan kepada para muslimah, khususnya kepada para ibu-ibu agar senantiasa menjaga diri dan keluarga dari berbagai bentuk kemaksiatan. Mendidik anak-anaknya.
Menjauhkan dari berbagai hal yang mendatangkan kemurkaan Allah. Menyinari keluarga dengan sinar qur’ani dan mendidik anak-anak dengan didikan rabbani. Mencontoh dan meneladani Nabi Ibrahim alaihi salam.
Ingatlah ketika Rasulullah berkata kepada Ibunda ‘Aisyah Radhiyahullahu ‘anha,
Wahai ‘Aisyah, hindarilah olehmu (dalam riwayat yang lain, “dosa-dosa”) yang remeh, karena akan ada yang menuntut dari Allah terhadapnya. (HR. Ibnu Majah).
Ingatlah pula, ketika Rasulullah SAW mengabarkan bahwa penghuni neraka kebanyakan adalah kaum wanita.
Wahai sekalian wanita, bersedekahlah (dalam riwayah yang lain: bersedekahlah dan beristiqfarlah) karena pernah diperlihatkan kepadaku bahwa kaum sekalian merupakan mayoritas penghuni neraka.” Mereka bertanya: “Kenapa, Wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Karena kamu banyak melaknat dan mengingkari pemberian suami”.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَ للهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, Jama’ah Shalat Idhul Adha yang Dimuliakan Allah
Marilah kita akhiri shalat Idhu Adha pada pagi hari ini dengan berdoa, memohon kepada Allah agar dijauhkan dari berbagai bencana, musibah dan kegoncangan. Diringankan oleh Allah untuk beramal dengan amal yang sholeh, diridhoi dan dicintai-Nya.
Ditunjukkan kepada shiratal mustaqim. Jalan yang penuh keberkahan dan kemuliaan. Jalan yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul. Dijadikan keluarga kita sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Diberikan anak-anak yang sholeh dan sholehah dan diampuni atas berbagai dosa yang pernah kita lakukan.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ: يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا.
أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتْ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَاَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَلنَابِهِ, وَاعْفُ عَنَّا وَ اغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
أَللَّهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. أَللَّهُمَّ شَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامُهُمْ وَقَلِّلْ عَدَدَهُمْ وَ أَلْقِ فِى قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
أَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَاْلأَنْصَارِ. أَللَّهُمَّ انْصُرْ مُجَاهِدِيْنَ فِى كُلِّ مَكَانٍ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَنَا صِغَارًا.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.