SOLO-Isu Nasional yang perlu kita respon terkait rencana kedatangan Timnas Israel yang akan mengikuti Piala U 20 pada Mei-Juni 2023 di Indonesia.
“Tentu secara umum, sepak bola atau even olahraga lain tidak ada masalah bagi kita, tetapi yang perlu kita pantau dan awasi salah satu peserta yang akan mengikuti dalam laga tersebut adalah utusan dari Zionis Israel,”ungkap DRT DSKS, Dr Hakimuddin Salim, Senin (13/3).
Ini yang harus menjadi perhatian kita, di mana sepak bola atau olahraga secara umum tidak bisa dilepaskan dari masalah politik apalagi agama.
Turut menyambut atau melayani sebagai tuah rumah terhadap utusan penjajah (Israel) jelas ini adalah keputusan kebangsaan atau politik yang salah.
Ustadz Hakim melanjutkan, tentu kalau dilihat dari sisi agama atau syari sudah clear perhatian kita terhadap kaum muslimin Palestina yang masih dijalah zionis Israel.
“Ini adalah PR kita semua, Al aqsha kita ketahui adalah kiblat pertama bagi Umat Islam. Masjid Al Aqsha sampai saat ini masih dijalah oleh zionis Israel, yang tidak lama lagi penjajah tersebut akan datang bertanding ke negeri kita,”ungkapnya.
Indonesia telah berhutang kepada Palestina, karena salah satu negara yang tahun 1945 mengakui kemerdekaan Indonesia kala itu adalah Palestina.
Bangsa yang merupakan peserta Konferensi Asia Afrika di Bandung yang hingga saat ini belum merdeka. Bangsa yang harusnya kita bela dari penjajahan karena hal ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang menyebut bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, pejajahan di dunia harus dihapuskan.
“Lalu kalau kita menyuambut utusan penjajah yang akan berpesta olahraga dalam pertandingan sepak bola. Dimana kita menaati konstitusi yang telah dibuat oleh Founding Father kita?”kata Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten.
Keberanian kita menolak penjajah ini ada pendahulunya. Misalkan pada tahun 1962 pada ajang Asean Games Indonesia pernah menolak delegasi dari Israel.
Bahkan ketika itu ketika surat sudah disampaikan oleh mereka (israel) Menteri Luar Negeri saat itu Subandrio dengan tegas menolak delegasi tersebut.
Bahkan ketika International Olympic Committee mengancam jika delegasi dari Israel ditolak maka jangan pernah mengibarkan bendera IOC, akhirnya endorong Presiden Soekarno tahun 1963 membuat ajang olahraga sendiri yang diberi nama Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Ini adalah komitmen pada perdamaian dan menghapus penjajah di dunia.
Setelah ini merupakan bukti keimanan kita. Siapa yang tidak perduli kepada urusan kaum Muslimin, maka bukan dari golongan mereka.
Apalagi khususnya warga Soloraya, jangan sampai suatu saat kita malu saat ketemu orang Palestina karena kita turut meyambut penjajah israel.
Namun, itu tidak begitu masalah. Jangan sampai besok kita ditanya Malaikat atau Allah dimana kepedulianmu dalam membela saudara muslim Palestina?
“Kita boleh melakukan aksi protes karena itu dilindungi oleh konsitusi tentu dengan menggunakan cara yang tidak melanggar hukum,”pungkasnya. []